| | | | |

Webinar AKPPI Bahas Kiat UMKM Memasuki Pasar Global

Asosiasi Konsultan Pendamping PLUT Indonesia (AKPPI) menggelar sharing session seri 2 bertajuk “Kiat UMKM Memasuki Rantai Pasok Global”. Kegiatan secara daring melalui zoom ini digelar Kamis, 9 Maret 2023 menghadirkan Bapak Stephanus Widjaja selaku Founder of BISA atau Business Indonesia Singapore Association dan Ibu Ira Damayanti selaku Chairwoman Indonesian Diaspora SME-SMI Export Empowerment & Development (ID SEED). Acara yang diikuti seratusan peserta ini dipandu Bobby, selaku konsultan PLUT Kabupaten Ciajur dan MC konsultan PLUT Sumbar, Gina Wahyuni.

Ketua AKPPI, Bahrul ulum Ilham mengatakan, meski jumlah UMKM sangat besar namun daya saing globalnya masih rendah. Kinerja ekspor UMKM Indonesia ranking ke-5 di ASEAN, hanya 14,37 persen terhadap kontribusi ekspor nasional, kalah jauh dengan Singapura (40 persen) dan China (60 persen). Partisipasi UMKM dalam global value chain baru 4,1 persen dari jumlah unit usaha. Tertinggal negara tetangga seperti Malaysia 46,2 persen, Thailand 29,6 persen, Vietnam 20,1 persen, dan Filipina 21,4 persen.

Dalam paparannya, Stephanus Widjaja, diaspora yang sudah 15 tahun di Singapura mengatakan,  Singapura sebagai  salah satu pusat bisnis di kawasan Asia dengan penduduk sekitar 5 juta orang, setengahnya penduduk asing. Melalui BISA atau Business Indonesia Singapore Association pihaknya memfasilitasi UMKM agar dapat menembus pasar Singapura.

Dikatakan, organisasinya didirikan sejak tahun 2009, diinisiasi pengusaha muda Indonesia yang berbasis di Singapura. Dengan filosofi gotong royong dan saling membantu, BISA membantu pengusaha UKM dan pengusaha terhubung secara global dengan investor potensial, peluang kemitraan luar negeri, perusahaan/MNC melalui BISA.  “Singapura sebagai hub dunia merupakan pasar sangat potensial untuk UMKM global. Pelaku UMKM harus disiapkan meningkatkan kualitas produk, akses pemasaran, dan jaringan distribusi produk, baik di pasar Singapura maupun ke pasar global,” katanya.

Adapun Ira Damayanti mengatakan, permasalahan pokok UMKM Indonesia adalah competitiveness  atau daya saing dan kurangnya pemetaan kebutuhan dan trend pasar dan sertifikasi yang sesuai negara-negara tujuan ekspor. “Sejak awal produk UMKM tidak di design untuk menghadapi persaingan global, baik di pasar nasional dalam menghadapi produk impor asing terutama Negara ASEAN.Kita kalah dengan Malaysia, Thailand, Vietnam, Philipina bahkan terakhir Kambodja dan Laos memiliki cost structure yang kompetitif dan sertifikasi internasional yang dibutuhkan oleh pasar Negara tujuan ekspor, difasilitasi oleh Pemerintah negara mereka,” urainya.

Ditambahkan, untuk memasuki rantai pasok global, beberapa hal yang harus dilakukan UMKM yaitu, Know Your Products, pahami dan adaptasi produk untuk diangkat sebagai produk unggulan, miliki added value, adaptasi dengan trend dan selera pasar; Selanjutnya, Know Your Market, lakukan riset  seperti cita rasa, taste, trend, serta segmen pasar. Berikutnya Comply With The Regulation. UMKM wajib menyesuaikan dengan standarisasi dan sertifikasi yang berlaku di negara tujuan ekspor seeprti HACCP, Organic, ISO. Sinergi dengan Trading House/ Agregator/ Konsolidator untuk ekspor secara kolektif dan jangan lupa bermitra dengan diaspora di negara tujuan sebagai business representative.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *