| |

CEO DeepSeek, Liang Wenfeng: Dari Wall Street ke Tahta AI Global

Di tengah gemerlap perayaan Imlek Tahun Ular Kayu (29 Januari 2025), tagar #DeepSeek mendominasi trending global di platform X. Di balik fenomena ini ada seorang visioner: Liang Wenfeng, sang pendiri DeepSeek AI. Kisahnya bukan sekadar tentang kesuksesan, melainkan tentang keberanian meninggalkan zona nyaman, kegigihan menghadapi tantangan global, dan misi mulia untuk mendemokratisasi kecerdasan buatan (AI).

Meninggalkan Puncak Karier: Langkah Berani Menuju Visi yang Lebih Besar
Lima tahun lalu, Liang Wenfeng memutuskan keluar dari dunia gemerlap Wall Street. Saat itu, ia adalah otak di balik Huanfang Quantitative, hedge fund berbasis AI yang sukses memprediksi pasar dengan akurasi spektakuler. Reputasi, kekayaan, dan status sudah ia raih. Namun, ada kegelisahan: AI, menurutnya, terlalu terkurung dalam mengejar keuntungan finansial segelintir elit. “Saya ingin teknologi ini bisa menyentuh hidup miliaran orang,” ujarnya.

Mimpi itu mulai dirajut sejak 2015. Di usia 30 tahun, Liang mendirikan High-Flyer, hedge fund yang kini mengelola aset $8 miliar. Tapi ambisinya tak berhenti di situ. Ia membayangkan AI yang setara kecerdasan manusia, bisa diakses siapa saja. Sayang, mitra bisnisnya ragu. Tanpa gentar, Liang memilih jalan solo.

DeepSeek: Startup Kecil dengan Ambisi Mengubah Dunia
Tahun 2021, langkahnya dianggap gila: membeli 10.000 chip Nvidia H800 untuk membangun infrastruktur AI mandiri. Ia merekrut tim terbaik dari High-Flyer—ahli optimisasi GPU—dan pada 2023, DeepSeek AI resmi lahir. Startup ini hadir dengan modal keyakinan: bahwa inovasi tak harus mahal.

Strategi Liang jelas: merekrut talenta terbaik. Puluhan lulusan PhD dari Peking University, Tsinghua, dan universitas top Tiongkok direkrut dengan gaji setara raksasa seperti Bytedance. Tapi tantangan datang dari luar: embargo teknologi AS membatasi akses chip canggih. Tim DeepSeek merespons dengan efisiensi. Mereka menciptakan metode pelatihan model AI (seperti V3 dan r1 LLMs) yang hanya memakan 1/20 biaya pesaing, namun mampu bersaing dengan OpenAI dan Anthropic.

Transparansi sebagai Senjata: Menggebrak dengan Open-Source
Liang membuat gebrakan tak terduga: mempublikasikan metodologi DeepSeek dalam makalah penelitian bersama 200 ilmuwan. Langkah open-source ini menuai pujian sekaligus kritik. Banyak yang heran: bagaimana startup kecil ini bisa bergerak begitu cepat? Jawabannya ada pada hasil nyata. Aplikasi DeepSeek meroket ke puncak App Store, digunakan mulai hedge fund hingga masyarakat biasa.

Ketika tawaran akuisisi $10 miliar datang, Liang menolak tegas. “DeepSeek bukan komoditas. Ini misi,” tegasnya. Di luar kerja, pria penyelam ini kerap menjajal gua laut dalam. Mungkin dari sanalah logo ikan paus biru (Blue Whale) DeepSeek terinspirasi: simbol kedalaman, kebijaksanaan, dan eksplorasi tanpa batas.

Disrupsi yang Menggetarkan Pasar Global
Kemunculan DeepSeek seperti badai di dunia AI. Model terbarunya, DeepSeek-R1, mengguncang dominasi OpenAI dan Google. Dengan kemampuan setara ChatGPT namun biaya lebih rendah, model open-source ini menjadi magnet bagi UKM dan pengembang. Tak heran, dalam hitungan bulan, DeepSeek-R1 menjadi aplikasi AI gratis terpopuler di App Store AS, menggeser ChatGPT.

Dampaknya langsung terasa di pasar saham. Saham NVIDIA anjlok 17% dalam sehari—kerugian terbesar dalam sejarah AS—karena investor khawatir permintaan chip AI akan menyusut. Raksasa seperti Microsoft dan Google juga tersentak, dipaksa berinovasi lebih cepat.

Tantangan dan Masa Depan: Ekspansi dan Kontroversi
Kesuksesan DeepSeek bukan tanpa kritik. Isu bias algoritma (terutama dalam topik sensitif di Tiongkok) dan kekhawatiran keamanan nasional AS menjadi ganjalan. Namun, Liang tak surut. Dukungan ekosistem AI Tiongkok yang kuat, ditambah investasi pemerintah, jadi senjata ampuh.

Ke depan, DeepSeek berencana meluncurkan model lebih canggih dan ekspansi ke Asia Tenggara serta Amerika Selatan. Visi Liang jelas: “AI harus jadi milik bersama, bukan hanya perusahaan besar.”

Pelajaran dari Sang Visioner
Kisah Liang Wenfeng membuktikan bahwa inovasi lahir dari keberanian meninggalkan zona nyaman dan konsistensi dalam visi. Dari Wall Street ke gua laut dalam, setiap langkahnya adalah refleksi: bahwa solusi sering tersembunyi di tempat tak terduga. DeepSeek mungkin masih startup, tapi pengaruhnya sudah mengglobal. Di panggung pertarungan AI, satu hal pasti: pertarungan baru saja dimulai.

Dan dunia menanti, akankah ikan paus biru ini terus berenang mengarungi samudra AI, atau justru memicu gelombang disrupsi yang lebih dahsyat?

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *