MSMEs Day 2022 : Ketahanan dan Kebangkitan UMKM Pasca Pandemi
Peringatan hari Usaha Mikro Kecil dan Menengah Internasional atau Micro, Small Medium Entreprise Day (MSMEs Day) kembali digelar pada tanggal 27 Juni tahun 2022. Peringatan hari UMKM internasional tahun ini adalahkali ke-5 sejak perayaan pertama di Buenos Aires, Argentina 27 Juni 2017, selanjutnya ditetapkan melalui sidang umum PBB. Peringatan hari UMKM secara internasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kontribusi UMKM terhadap pembangunan berkelanjutan dan ekonomi global.
Hari UMKM Internasional tahun 2022 menandai lebih dari 2 tahun sejak awal pandemi di tengah dunia global yang masih di bawah bayang-bayang krisis iklim, konflik Ukraina-Rusia dan inflasi global. Peran UMKM telah terbukti menjadi tulang punggung masyarakat, memberikan dukungan yang tak ternilai bagi ekonomi lokal dan nasional dan menopang mata pencaharian, khususnya, di antara pekerja miskin, perempuan, pemuda, dan kelompok rentan. Mereka yang paling terpukul oleh berbagai guncangan namun disisi lain tetapi terus memainkan peran penting dalam membangun kembali ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) sebagai organ utama Majelis Umum PBB dalam isu perdagangan, investasi dan pembangunan mencatat, UMKM menyumbang 90 persen dari bisnis, 60 sampai 70 persen dari lapangan kerja dan 50 persen dari PDB di seluruh dunia. Karena itu UNCTAD mendorong penguatan daya tahan (resilience) UMKM, kemampuan mengakses pasar baru, pembiayaan yang terjangkau, peningkatan kapasitas, teknologi dan layanan infrastruktur yang berkualitas. Dengan demikian UMKM makin berkontribusi dalam transformasi struktural ekonomi, mendorong pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja yang inklusif, berkelanjutan dan adil serta untuk bangkit kembali pasca pandemi.
Pelaku UMKM di Indonesia menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat. Mulai dari petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia berbagai jasa. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai 65,47 juta unit pada tahun 2019. Jumlah tersebut mencapai 99,99% dari total usaha yang ada di Indonesia. Sementara, usaha berskala besar hanya sebanyak 5.637 unit atau setara 0,01% dan usaha menengah hanya sebanyak 65.465 unit atau memberi andil sebesar 0,1% dari total UMKM di Indonesia.
Survei Indonesia Services Dialogue (ISD) 2019 mencatat, terdapat 117 juta orang tenaga kerja yang terserap di UMKM dan 92 persen terserap pada skala mikro, sementara, 60,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbangkan oleh UMKM.
Ketahanan UMKM Indonesia menghadapi pandemi terekam dalam Survei BRI Micro & SME Index (BMSI). Sepanjang Maret 2020 hingga September 2021 hanya 20 persen pelaku UMKM yang pernah berhenti beroperasi. Sebanyak 80 persen pelaku UMKM di Indonesia sangat ulet, sehingga bisa menghadapi krisis akibat pandemi dan terus mempertahankan dan menjalankan bisnisnya.
Peringatan hari UMKM internasional tanggal 27 Juni 2020 seyogyanya menjadi momentum pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk bangkit dan naik kelas, dengan mental wirausaha unggul dan inovatif. Kemenkop UKM menjadikan tahun 2022 menjadi momentum pemulihan transformatif.
Terdapat tiga agenda utama, yaitu 70% dari prioritas program menyasar langsung pelaku UMKM dan koperasi anak muda, perempuan dan fokus untuk mendukung pengembangan usaha yang ramah lingkungan. Pemulihan transformatif kedua ialah mendorong pembiayaan UMKM dan koperasi bergeser dari sektor perdagangan ke sektor riil. Dan pemulihan transformatif 2022 menargetkan sedikitnya 30 persen dari total UMKM sudah masuk ke dalam ekosistem digital atau sebanyak 20 juta UMKM.
Pengembangan UMKM untuk bangkit pasca pandemi membutuhkan pendekatan berbasis ekosistem yang tidak hanya holistik dari hulu ke hilir, namun juga menyertakan inisiatif dan sinergi dari seluruh stakeholder. Sektor UMKM harus tetap bangkit dan berdaya dengan kolaborasi multipihak, dengan menggelorakan gerakan UMKM Naik Kelas melalui strategi pendampingan 5-Go: Go Digital, Go SDG’s, Go Global Standard, Go Modern, dan Go Formal.
Peran pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, disamping harus juga ada keinginan yang kuat dari pelaku UMKM agar bisa naik kelas melalui inovasi dan kreatifitas dalam pengembangan usahanya. Koloborasi multipihak pengembangan UMKM ini diwujudkan adalah kerjasama yang terdiri dari akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media atau yang dikenal dengan sinergi pentahelix. Pentahelix melibatkan akademisi terdiri dari unsur mahasiswa, dosen, peneliti dari berbagai perguruan tinggi. Sektor bisnis melibatkan pengusaha dan asosiasi pengusaha ataupun asosiasi profesi semua bidang. Komunitas meliputi komunitas kreatif, lembaga donor, pendamping UMKM dan masyarakat secara luas, serta media lokal cetak, elektronik maupun online.
Diperlukan kebijakan dalam meningkatkan kapasitas UMKM, terutama dalam mengatasi beragam permasalahan struktural UMKM seperti kualitas dan kontinuitas produksi, akses pemasaran,kemasan, kualitas SDM/pelaku UMKM di bidang manajerial, keuangan dan produksi, dll. Tidak kalah pentingnya menyiapkan UMKM yang berjiwa entrepreneur. Jumlah usaha mikro saat ini yang sangat banyak jangan terus membesar dari sisi jumlah, namun mengalami stagnasi usaha.
Disinilah pentingnya upaya pemberdayaan usaha mikro menjadi wirausaha mapan yang akan memperkuat ekonomi rakyat agar struktur ekonomi nasional lebih maju dan berkeadilan. Selamat hari UMKM Internasional. Semoga UMKM makin eksis dan naik kelas, tetap tangguh dan bertumbuh, memasuki musim semi pasca pandemi. (Bahrul ulum Ilham/Koordinator Konsultan PLUT Sulawesi Selatan)