|

Desa Wisata Penglipuran Bangli, Desa Terbersih Dunia Dan Tangguh Bencana

Desa Wisata Penglipuran berlokasi di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar. Desa wisata ini menjadi salah satu destinasi dalam paket fieldtrip yang ditawarkan kepada para delegasi GPDRR 2022. Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 bertema “Fostering Collaboration towards Sustainable Resilience” mulai Selasa (23/5/2022) sampai Sabtu (28/5/2022) di Bali.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesudibjo, mengungkapkan, di desa wisata Penglipuran, delegasi GPDRR 2022 akan diperlihatkan rumah-rumah dengan arsitektur khusus, yakni arsitektur tahan gempa. “Kita berharap delegasi bisa menikmati desain arsitektur khusus desa ini, yang bangunannya memiliki struktur, fungsi, dan ornamen yang digunakan turun-temurun,” kata Wamenparekraf Angela dalam keterangannya pada Kamis (26/5/2022).

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesudibjo saat mengunjungi Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali, Kamis (26/5/2022).ANTARA

Desa Penglipuran adalah salah satu dari sembilan desa adat di Bali.Menurut legenda setempat, desa ini sudah ada sejak 700 tahun lalu, yaitu pada zaman Kerajaan Bangli. Cerita yang beredar juga menyebutkan bahwa Desa Penglipuran merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut bertempur melawan Kerajaan Gianyar. Sebagai desa adat, masyarakat Desa Penglipuran amat memegang tegas tradisi nenek moyang yang sudah berumur ratusan tahun.

Suasana desa yang dipenuhi dengan tanaman hijau nan asri, juga bunga-bunga, kondisi sekeliling jalan yang begitu tenang dan nyaman, terasa menakjubkan. Desa ini dibangun dengan Konsep Tri Mandala. Tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah, yakni Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala. Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan.

Desa Penglipuran merupakan desa terbersih ketiga di dunia menurut Green Destinations Foundation, setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda. Demi menjaga kebersihan, masyarakat setempat menyediakan tempat sampah di desa. Bahkan, setiap 30 meter terdapat tempat sampah. Berkat kebersihan dan kerapiannya, desa seluas 112 hektare ini berhasil menyabet beberapa penghargaan diantaranya Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) pada 2017, dan yang terbaru, destinasi itu masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.

 

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *