3 Tren Bisnis yang Harus Dipersiapkan UMKM pada Tahun 2025
Pada tahun 2025, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan menghadapi tiga tren bisnis utama yang dapat mempengaruhi operasi dan daya saing mereka di pasar yang semakin dinamis dan digital.
1. Kecerdasan Buatan (AI) Menjadi Praktik Standar
Kecerdasan Buatan (AI) kini menjadi alat bisnis yang umum digunakan oleh banyak UMKM. Dengan memanfaatkan platform seperti ChatGPT dan Canva AI, UMKM dapat mengurangi biaya pengembangan pemasaran dengan membuat materi mereka sendiri. Selain itu, chatbot telah meningkatkan efisiensi operasional dengan menyediakan layanan pelanggan 24/7.
Tahun lalu, perusahaan teknologi besar seperti Google, Amazon, dan Netflix mengubah model bisnis mereka melalui pembelajaran mendalam, menyebabkan perubahan signifikan di industri seperti periklanan online, e-commerce, dan streaming. Pada tahun 2025, UMKM diperkirakan akan mengikuti jejak ini dengan AI generatif sebagai ujung tombak. Alih-alih hanya memasukkan AI ke dalam proses mereka, UMKM yang berpikiran maju akan membangun produk dan layanan baru yang didukung oleh AI. Perubahan ini akan mempengaruhi sektor seperti kesehatan, manufaktur, dan pendidikan, membuka peluang dan model bisnis baru.
Lebih banyak UMKM juga akan menggunakan AI untuk otomatisasi, analitik prediktif, dan interaksi pelanggan yang dipersonalisasi. Selain mengubah operasi, ini akan menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan dan diferensiasi. Namun, UMKM harus berhati-hati dalam mengadopsi solusi berbasis AI agar tidak menggantikan karyawan. Menyeimbangkan otomatisasi dengan peran manusia dapat menciptakan strategi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan menjaga moral tenaga kerja.
2. Pelanggan Menuntut Pengalaman yang Lebih Baik
Pelanggan terus meningkatkan standar mereka. Konsumen saat ini vokal di media sosial, dan satu pengalaman buruk dapat dengan mudah menjadi viral yang merusak reputasi merek. Pada tahun 2025, bisnis akan menghadapi ekspektasi yang lebih tinggi untuk pengalaman yang mulus, efisien, dan dipersonalisasi.
Untuk tetap relevan, bisnis harus memprioritaskan pengalaman pelanggan/customer experience atau CX sebagai pembeda utama, menerapkannya sebagai pendekatan holistik yang mencakup setiap titik kontak dalam perjalanan pelanggan. Pelanggan mengharapkan interaksi yang dipersonalisasi, transaksi tanpa hambatan, pengiriman lebih cepat, dan biaya pengiriman lebih rendah. Perusahaan yang memenuhi tuntutan ini akan muncul sebagai pemimpin pasar.
Pelanggan modern juga mengharapkan merek mengenali preferensi dan interaksi mereka di berbagai platform, baik online maupun offline. Sebagai tanggapan, bisnis harus menerapkan strategi omnichannel yang lebih canggih untuk memastikan transisi yang lancar antara interaksi online dan offline. Misalnya, pelanggan harus dapat mengembalikan produk yang dibeli secara online ke toko fisik tanpa masalah, atau menerima rekomendasi produk yang dipersonalisasi secara online berdasarkan riwayat belanja mereka di toko.
Pada tahun 2025, CX atau Customer experience akan menjadi faktor kritis dalam retensi pelanggan dan loyalitas merek. Bisnis yang berinvestasi dalam meningkatkan CX akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan.
3. Keberlanjutan Menjadi Prioritas Utama
Isu keberlanjutan semakin menjadi perhatian utama bagi konsumen dan regulator. Pada tahun 2025, UMKM diharapkan untuk mengadopsi praktik bisnis yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab sosial. Konsumen lebih cenderung memilih merek yang menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan, dan pemerintah mungkin memberlakukan peraturan yang lebih ketat terkait dampak lingkungan.
UMKM dapat mengambil langkah-langkah seperti mengurangi jejak karbon, menggunakan bahan baku yang berkelanjutan, dan menerapkan praktik daur ulang. Selain memenuhi tuntutan konsumen dan peraturan, langkah-langkah ini juga dapat menghasilkan efisiensi biaya dan meningkatkan reputasi merek.
Mengadopsi keberlanjutan sebagai bagian inti dari strategi bisnis tidak hanya membantu dalam memenuhi ekspektasi pasar tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan mempersiapkan diri menghadapi ketiga tren ini, UMKM di Indonesia dapat meningkatkan daya saing dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di tahun 2025 dan seterusnya. (Sumber : firstcircle)