Peluang Usaha Gula Semut
Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah (www.wikipedia.com). Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira bisa berasal dari pohon kelapa, siwalan atau aren (enau). Secara umum gula semut disebut juga sebagai palm sugar, brown sugar, powdered coconut sugar atau palm zuiker. permintaan akan gula semut terus meningkat dari waktu ke waktu. Terutama terhadap target pasar industri yang sangat mempertimbangkan efisiensi, mereka terus menonjolkan sisi kepraktisan dari gula semut dibandingkan dengan menggunakan gula merah biasa.
Beberapa keuntungan dari gula semut antara lain mengandung sukrosa yang tinggi yang artinya mempunyai rasa lebih manis, karena sifatnya bubuk sehingga kadar kelarutannya sangat tinggi, bahkan bisa larut pada suhu air normal, salain itu mempunyai aroma yang khas dan harum. Selain dikonsumsi dalam negeri, gula semut juga diminati pasar ekspor terutama negara-negara Jepang, Eropa dan Amerika Serikat. Gula aren / kelapa dapat diterima pasar manca negara karena memiliki kandungan dan aroma yang berbeda dengan produk lain
Indonesia sangat beruntung karena punya beberapa tanaman palma, yang selama ini sudah biasa disadap niranya. Di pantai dan dataran rendah yang subur ada kelapa. Di pantai yang gersang dan tandus ada lontar. Di pegunungan ada aren. Tiga tumbuhan ini sudah sangat biasa disadap niranya. Dari tiga tumbuhan penghasil nira ini, aren paling tinggi tingkat produktivitasnya. Menyusul lontar dan kelapa. Aren adalah palm yang sekali berbuah akan langsung mati.
Beda dengan lontar dan kelapa yang akan terus berbuah sampai puluhan bahkan ratusan tahun. Selain menghasilkan nira, batang aren juga bisa ditebang untuk diambil patinya seperti halnya sagu. Kelapa dan lontar disadap dengan cara mengiris malai bunganya yang diikat. Sementara aren disadap dengan mengiris tangkai bunganya yang sangat panjang. Pengirisan malai bunga dan tangkai tiga tanaman ini dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Adapun yang membedakan proses pembuatan gula merah dengan gula semut, hanyalah pada pencetakan. kalau nira pekat ini ditarun dalam tempurung kelapa, buluh bambu, atau wadah pencetak lainnya, akan terbentuk gula merah biasa. Kalau cairan nira pekat ini dimasukkan ke dalam alat sentrifugal yang diputar terus menerus dengan tangan, akan dihasilkan kristal gula semut. Alat sentrifugal ini hanyalah berupa drum dan kayu yang bisa diputar secara manual. Dengan hanya melihat protitipenya, petani bisa membuat peralatan sederhana ini. Beberapa Dinas Perindustrian kabupaten, sudah membina petani kelapa, aren dan lontar untuk memroduksi gula semut.
Salah satu upaya untuk menjaga kualitas produksi adalah, perebusan nira sebaiknya menggunakan kayu bakar berkalori tinggi yang sedikit mengeluarkan asap. Sebab aroma asap dari kayu bakar akan terserap nira, hingga gula merah yang dihasilkan akan beraroma asap. Aroma ini sebenarnya juastru akan menambah kualitas gula semut, apabila bahan bakarnya seragam. Misalnya menggunakan kayu eukaliptus, kayu pinus, atau kayu-kayu lainnya, asalkan homogen. Limbah pelepah daun dan seludang bunga kelapa serta lontar, juga potensial untuk menjadi bahan bakar perebusan nira. Aroma dari limbah masing-masing tanaman ini juga akan menimbulkan aroma gula semut yang seragam pula.