Ekonomi Digital Indonesia Diproyeksikan Capai 360 Miliar Dolar AS pada 2030
Ekonomi digital Indonesia terus menunjukkan potensi luar biasa untuk menjadi motor penggerak utama menuju Indonesia Emas 2045. Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid, dalam orasi ilmiahnya di Sidang Terbuka Universitas Brawijaya, mengungkapkan proyeksi optimis bahwa nilai transaksi ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD 360 miliar pada tahun 2030.
Proyeksi ini sejalan dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam ekonomi digital nasional. Berdasarkan laporan East Ventures Digital Competitiveness Index 2023, nilai transaksi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan berada di kisaran USD 220 hingga 360 miliar pada 2030. Sementara itu, data Bank Indonesia (BI) mencatat lonjakan pertumbuhan transaksi perbankan digital sebesar 34,43 persen year on year (yoy) pada triwulan III-2024, dengan total 5.666,28 juta transaksi.
Dalam pidatonya, Meutya Hafid menyampaikan bahwa pada tahun 2024, nilai transaksi ekonomi digital Indonesia telah mencapai USD 90 miliar, terbesar di Asia Tenggara. Ia juga menyoroti dominasi sektor e-commerce yang tumbuh pesat sebesar 11 persen, dengan nilai transaksi mencapai USD 65 miliar, sebagian besar didorong oleh inovasi seperti video commerce.
“Kami berkomitmen untuk mempercepat transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berdaulat,” ujar Meutya di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Minggu (5/1/2025). Ia memaparkan tiga pilar utama transformasi digital yang menjadi prioritas pemerintah:
- Infrastruktur Digital – Pemerataan akses internet yang cepat dan stabil di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil.
- Talenta Digital – Target menciptakan 9 juta talenta digital pada 2030 melalui program Digital Talent Scholarship.
- Tata Kelola Ekosistem Digital – Membangun ruang digital yang aman, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan teknologi.
Sejalan dengan itu, OJK mencatat bahwa digitalisasi sektor keuangan telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Akses yang semakin luas terhadap layanan perbankan digital, pembayaran, hingga investasi telah mendorong masyarakat untuk beralih dari metode konvensional ke platform digital.
Dalam orasinya, Meutya Hafid juga mengajak civitas akademika Universitas Brawijaya untuk turut serta dalam pengembangan ekonomi digital. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan dunia usaha untuk membangun ekosistem digital yang kuat. “Universitas memiliki peran strategis dalam mencetak talenta digital dan menciptakan inovasi yang mendukung transformasi ekonomi digital nasional,” katanya.
Namun, Meutya juga menyoroti tantangan global, seperti gejolak geopolitik dan fragmentasi ekonomi, yang dapat menjadi hambatan. Meski demikian, ia optimistis bahwa kolaborasi lintas sektor dan inovasi digital dapat membawa Indonesia menjadi salah satu pemain utama ekonomi digital di Asia Tenggara.
Dengan fondasi yang kokoh, potensi besar, dan visi yang jelas, ekonomi digital Indonesia dipandang sebagai penggerak utama menuju Indonesia Emas 2045. Transformasi ini menjadi peluang besar bagi seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama mewujudkan visi besar tersebut.