| |

Wastra & Warisan Kreatif Sulsel: Kurasi, Kolaborasi, dan Inovasi

Ditenun dengan nilai, diwariskan dengan cinta—wastra Sulawesi Selatan bukan sekadar kain, melainkan cerminan budaya dari tanah Bugis, Makassar, Toraja, Rongkong dan suku lainnya.

Dalam setiap helai kain tenun dari Sulawesi Selatan, tersimpan jejak panjang peradaban, nilai-nilai luhur, dan semangat berkarya dari para leluhur. Wastra, sebagai bagian dari subsektor fesyen dalam ekonomi kreatif, bukan hanya menyumbang angka dalam produk domestik bruto (PDB), tetapi juga menjaga identitas budaya bangsa di tengah pusaran globalisasi.

Menurut data tahun 2020, sektor fesyen menyumbang 6,76% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas Indonesia atau setara dengan Rp200,2 triliun. Tak hanya itu, lebih dari 4,4 juta tenaga kerja terserap dalam sektor ini. Di kancah global, ekspor produk fesyen Indonesia mencapai angka USD 14,79 juta. Ini menunjukkan bahwa kreativitas berbasis budaya adalah kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan.

Wastra Sulawesi Selatan: Warisan Bernilai Ekonomi Tinggi

Sulawesi Selatan menjadi salah satu daerah yang menonjol dengan kekayaan wastra tradisionalnya. Tenun Sengkang dari Kabupaten Wajo, Batik Lontara dari Makassar, Tenun Rongkong dari Luwu Utara, hingga kain Toraja dari pegunungan utara, masing-masing memiliki corak, filosofi, dan teknik pengerjaan yang khas.

Sutera Sengkang, misalnya, dikenal dengan kilauannya yang elegan, ditenun dari benang ulat sutera yang dipintal secara tradisional. Motif seperti Labba, Subbi, dan Garusuk bukan hanya indah, tapi menyimpan makna simbolis tentang kehidupan, kemakmuran, dan status sosial dalam masyarakat Bugis.

Sementara itu, Tenun Toraja dikenal melalui motif-motif geometris yang terinspirasi dari ukiran rumah adat Tongkonan dan kehidupan spiritual masyarakat Toraja. Kain ini kerap digunakan dalam upacara adat Rambu Solo dan Rambu Tuka, menjadikannya tidak hanya produk tekstil, tetapi juga medium ekspresi budaya dan kepercayaan.

Kurasi Produk: Menjaga Mutu, Memperkuat Identitas

Dalam upaya menjaga kualitas dan memperluas pasar, peran kurasi menjadi sangat penting. Kurator produk wastra berfungsi sebagai penjaga nilai, estetika, dan standar mutu. Mereka memastikan bahwa setiap kain yang dipasarkan bukan hanya indah secara visual, tetapi juga otentik secara budaya.

Dekranasda Sulawesi Selatan, misalnya, telah aktif melakukan kurasi dan promosi produk unggulan melalui berbagai ajang nasional seperti Inacraft dan Karya Kreatif Sulsel (KKS). Songkok Recca dari Bone—kopiah dari serat daun lontar yang pernah hanya dipakai bangsawan—menjadi contoh bagaimana warisan lokal bisa naik kelas dengan sentuhan kurasi yang tepat.

Kolaborasi Hexahelix: Menguatkan Ekosistem

Pengembangan industri kreatif tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan pendekatan hexahelix yang melibatkan enam unsur penting: pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, media, dan lembaga keuangan.

Di Sulawesi Selatan, kolaborasi semacam ini mulai tumbuh subur. Pemerintah daerah memfasilitasi pelatihan dan akses permodalan bagi pelaku UMKM, akademisi menyediakan riset desain dan pasar, pelaku industri kreatif menciptakan produk inovatif, komunitas budaya menjadi penjaga nilai-nilai lokal, media menyuarakan kisah-kisah inspiratif, dan perbankan turut membuka akses pembiayaan.

Festival seperti Makassar Clothing Day, Makassar Culinary Night, Digifest Sulsel dan wastra heritage market menjadi ruang perjumpaan berbagai unsur ini, menghasilkan pertukaran ide dan membuka jejaring pemasaran yang lebih luas.

Inovasi: Tradisi Bertemu Tren

Di era digital ini, inovasi menjadi kata kunci. Para perajin dan desainer muda Sulsel mulai mengintegrasikan teknologi dalam proses produksi maupun pemasaran. Batik Lontara kini hadir dalam bentuk totebag, sepatu, bahkan jaket denim. Tenun Toraja menghiasi dompet, cover laptop, hingga dekorasi interior.

Beberapa UMKM bahkan telah memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk menjangkau pasar nasional dan internasional. Pemerintah pun mendorong pemanfaatan teknologi dengan meluncurkan program Collaborative Digital Class dan pelatihan digital marketing untuk pelaku ekonomi kreatif.

Potensi dan Masa Depan

Sulawesi Selatan memiliki peluang besar menjadi pusat ekosistem wastra nasional. Dengan kekayaan budaya, semangat inovasi, dan dukungan ekosistem yang kuat, masa depan industri kreatif daerah ini sangat menjanjikan.

Pengakuan UNESCO atas seni pembuatan kapal Pinisi dan Geopark Maros-Pangkep menjadi bukti bahwa dunia pun mengakui keunikan budaya Sulawesi Selatan. Potensi serupa ada pada wastra dan kerajinan lainnya—asal dikelola dengan visi yang jelas, strategi promosi yang tepat, dan kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan.

Menenun Masa Depan dengan Nilai Budaya

Wastra Sulawesi Selatan adalah lebih dari sekadar produk. Ia adalah simbol identitas, ekspresi nilai, dan media diplomasi budaya. Dengan kurasi yang cermat, kolaborasi yang kuat, dan inovasi yang berkelanjutan, wastra dapat menjadi lokomotif baru pembangunan ekonomi daerah.

Mari kita rawat dan kembangkan warisan ini, agar tetap lestari, relevan, dan berdaya saing global. Karena di balik selembar wastra, tersimpan cerita, cinta, dan jati diri bangsa. (BU)

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *