LPI Rendah, UMKM Indonesia Sulit Tembus Pasar Dunia
Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.Namun kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih sangat minim. BPS mencatat, neraca ekspor RI usai tertekan pandemi Covid-19 sejak 2020 mencatat nilai ekspor pada April 2022 mencapai 27,32 miliar dollar AS atau meningkat sebesar 47,76 persen secara tahunan (yoy). Dari jumlah tersebut, kontribusi ekspor melalui UMKM dinilai masih relatif rendah. Data Kementerian Koperasi dan UMKM menyebutkan, sebanyak 65 juta UMKM hanya menyumbang 15 persen dari total nilai ekspor nasional.
Berbagai faktor menjadi biang keladi sulitnya UKM Tanah Air menembus pasar dunia. Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM bidang Produktivitas dan Daya Saing, Yulius, membeberkan membeberkan faktor-faktor tersebut. Menurutnya, tantangan bagi UMKM di Indonesia harus dihadapi dengan serius dan bersama-sama. Apalagi sumbangsih sektor UMKM secara nasional terhadap produk domestik bruto (PDB) begitu besar.
Salah satu faktor penyebabnya yaitu persoalan Logistics Performance Index (LPI) Indonesia tergolong rendah, yaitu senilai 3,15. Sementara LPI negara lain seperti Jerman (4,2), Swedia (4,05), Belgia (4,04), Singapura (4,0), dan Jepang (4,03). Namun jika dibandingkan dengan lower-middle income group seperti India, atau emerging economies seperti Vietnam dan Cote d’Ivoire, LPI Indonesia tidak tertinggal terlalu jauh.
“Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk bisa memperbaiki indeks tersebut,” kata Yulius dalam acara BanggaUKM Indonesia dengan tema ‘Win Local, Go Global’ dan disaksikan secara daring, Selasa (28/6/2022).
Di sisi lain, biaya logistik yang tinggi di Indonesia yaitu mencapai 24 persen dari PDB nasional menjadi tantangan berikutnya. Menurut Yulius, biaya logistik di negara lain seperti Malaysia hanya 13 persen, India 14 persen, dan China 14 persen dan Vietnam 20 persen.
Padahal, logistik menjadi salah satu tulang punggung dari perdagangan lintas negara. Dia menegaskan, manajemen logistik yang bagus mampu mengurangi trade cost dan membantu negara bersaing di kancah global.
Biaya logistik yang rendah jadi salah satu acuan daya saing sebuah negara. Sederhananya, semakin rendah biaya logistik maka biaya produksi di negara tersebut semakin murah.Bagi Indonesia, biaya logistik yang rendah merupakan target yang harus dicapai agar bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Apalagi, Indonesia punya mimpi ‘Indonesia Emas’ di 2045, di mana saat itu Indonesia masuk dalam kategori negara maju.